KOMPAS.com - Anda sering mengalami sakit kepala yang berulang di bagian kepala yang sama? Jika iya, Anda perlu mencurigai rasa sakit tersebut. Sebab, bukan tidak mungkin, rasa sakit itu merupakan gejala awal penyakit kanker otak.
Kanker otak memang tak se-ngetop penyakit kanker lain, seperti kanker serviks atau kanker payudara. Namun, seperti kebanyakan penyakit kanker pada umumnya, kanker otak merupakan penyakit bersifat diam (silent killer) yang berbahaya.
Karena sifatnya itu, seringkali penyakit kanker otak baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut. Jika rasa sakit di bagian kepala telah memuncak, ada kemungkinan, kanker itu telah menyebar ke bagian tubuh lain (metastasis). Kalau sudah begitu, penanganan kanker menjadi lebih rumit dan berisiko. "Oleh karena itu, masyarakat perlu melakukan deteksi sejak dini penyakit kanker otak," saran Fielda Djuita, spesialis radiologi Rumah Sakit Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta.
Gejala kanker otak
Penyakit kanker otak, biasanya, bakal disertai gejala-gejala yang dapat terlihat atau terasa langsung oleh si penderita. Misalnya tubuh kejang-kejang, mual dan muntah, pandangan kabur, serta rasa sakit kepala. Oleh para ahli medis, kondisi demikian disebut sebagai gejala peningkatan tekanan dalam otak atau intracranial. "Kalau Anda mengalami gejala-gejala ini, ada kemungkinan, Anda menderita penyakit kanker otak," ujar Suhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Mediros, Jakarta.
Para pasien yang merasakan gejala-gejala tersebut, terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan menyeluruh pada bagian kepala dan otak. "Ini harus didiagnosa secara menyeluruh karena otak adalah bagian tubuh yang penting, tapi lunak," papar Suhanto.
Sebagai organ tubuh yang mengatur segala aktivitas tubuh (multitasking), otak terdiri dari tiga bagian, yakni otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Otak memainkan peran penting bagi kehidupan seseorang.
Otak merupakan tempat yang berbahaya jika menjadi lokasi atau situs berkembangnya tumor. "Biar jinak, tapi tetap harus diangkat. Namun, karena otak adalah organ yang lunak, sangat berisiko dalam memberikan penanganannya," tandas Fielda.
Lebih berbahaya lagi, para ahli medis belum dapat menyimpulkan penyebab berkembangnya tumor ganas atau kanker di otak. Yang pasti, kata Fielda, jika kasus kanker otak terjadi pada anak berusia di bawah 17 tahun, kemungkinan besar, penyebabnya faktor genetik. Sementara, penyebab kanker otak pada orang dewasa hingga kini masih dalam penelitian ahli.
Berdasarkan pendapat para ahli medis, pertumbuhan penderita kanker di negara berkembang, seperti Indonesia, akan bersifat masif. Sekitar 100 orang dari setiap 100.000 jiwa penduduk berisiko terkena penyakit kanker, termasuk kanker otak. Saat ini, penyebaran penyakit kanker otak di Indonesia boleh dibilang masih minim.
Menurut Fielda, setiap hari, terdapat sekitar 100 pasien yang mengantre mendapatkan penanganan radiologi untuk menyembuhkan penyakit kankernya. Memang penyakit kanker memerlukan waktu untuk beralih menjadi ganas. Tapi, akan lebih optimal bila penyakit kanker telah terdeteksi saat masih jinak. "Kalau masih dalam level stadium awal, kanker dapat sembuh total dan terkontrol," papar dokter yang juga bertugas di rumahsakit kanker Dharmais ini. (Raymond Reynaldi)