Jika sampeyan-sampeyan berkunjung ke Kota Magelang dari arah Jogja dan ketika sampai di daerah bangjo Armada Mertoyudan (perbatasaan antara Kota Magelang dan Kabupaten Magelang) tengoklah sebelah kiri sampeyan tepatnya pada sebuah lahan berbentuk segitiga maka sampeyan
akan melihat banyak pohon yang buahnya tidak menempel di dahan layaknya
pohon-pohon lainnya. Namun buahnya menempel pada batangnya.
Subhanallah.
Wong Jawa menamainya dengan Kepel (karena besar buahnya sebesar kepalan tangan) dalam bahasa Indonesia disebut dengan Burahol, diambil dari Stelechocarpus burahol
(nama ilmiahnya). Konon ini adalah buah kesukaan kerabat keraton (Jogja
dan Solo) karena menyebabkan keringat dan air kencing berbau tidak menyengat alias berbau harum. Makanya tidak mengherankan jika di Kraton (Solo dan Jogja) banyak tumbuh pohon ini.
Divisi : Spermatophyta Filum (Sub Divisi) : Magnoliophyta (nama baru dari Angiospermae) - Tumbuhan berbiji terbuka Kelas : Magnoliopsida (nama baru dari Dicotyledonae) - Tumbuhan berbiji belah/bercabang Ordo (Bangsa) : Fabales - Tumbuhan berbunga Famili (Suku) : Annonaceae Genus (Marga) : Stelechocarpus Spesies : Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. & Thomson
Secara geografis, tanaman ini dapat tumbuh
dan banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaysia. Namun saat
ini, tanaman ini tergolong tanaman langka. Di Jawa Tengah dan Jogja,
lebih dikarenakan takut kuwalat karena meniru perilaku orang keraton
makanya oleh para kawula alit tanaman ini dibabat habis.
Sedangkan di Jawa Barat, masyarakat membabat tanaman ini karena
menganggap tidak ada nilai ekonomisnya.
Ciri-ciri (anatomi) pohon Kepel adalah pohonnya tegak dengan tinggi mencapai 25 M. Daunnya
berwana hijau gelap berbentuk lanset (bulat telor), tidak berbulu dan
merotal tipis dengan pangkal daun panjangnya mencapai 1,5 cm. Tajuk atau
kanopinya berbentuk kubah meruncing (layaknya pohon cemara).
Cabang-cabangnya mendatar, sementara batangnya berwarna coklat cenderung
hitam dengan diameter berkisar 40 cm.
Bunganya
muncul pada tonjolan-tonjolan batang adalah bunga yang berkelamin
tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi
keputih-putihan. Bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di
cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum berdiameter
1 cm. Sementara bunga betinanya hanya berada di pangkal batang,
diameternya mencapai 3 cm.
Buahnya
bergerombol antara 1-13 buah. Panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm;
buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan,
diameternya 5-6 cm, dan berisi sari buah yang dapat dimakan. Bijinya
berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm.
Berat segar buah antara 62-105 g, dengan bagian yang dapat dimakan
sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar. Buah kepel dianggap
matang jika digores kulit buahnya terlihat berwarna kuning atau coklat
muda.
Tanaman Kepel dapat tumbuh subur pada
tanah lembab dataran rendah hingga sedang (100-610 m dpl).
Perkembangbikannya generatif yakni dengan biji. Proses cangkok dan stek
(vegetatif) tidak berhasil. Tanaman kepel relatif kebal penyakit (sampai
saat ini belum ada laporan tentang jenis penyakitnya) sementara hama
tanaman ini adalah kelelawar dan binatang pengerat (misal: tikus).
Manfaat
buah kepel, seperti saya sampaikan diatas, adalah sebagai deodoran
putri keraton. Selain itu juga digunakan sebagai peluruh kencing,
pencegah radang ginjal. Buah kepel juga dapat menyebabkan kemandulan
sementara pada perempuan, sehingga banyak digunakan untuk KB. Kayu
batangnya dimanfaatkan sebagai perkakas rumah tangga. Tanaman Kepel juga
dapat berfungsi sebagai tamanan hias peneduh. Daunnya adalah penangkap
radikal bebas (anti-kanker)
Kepel adalah nama pohon dan buah yang mempunyai nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Tumbuhan penghasil buah yang menjadi kegemaran para putri keraton Jawa sejak jaman dulu ini kini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Pohon Kepel yang dipercaya mempunyai nilai filosofi adhiluhung ini merupakan flora identitas provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta.
Buah Kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat
lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna buah Kepel (Stelechocarpus burahol)
coklat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi
coklat tua. Daging buah berwarna agak kekuningan sampai kecoklatan
membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buah Kepel manis.
Kepel adalah nama pohon dan buah yang mempunyai nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Tumbuhan penghasil buah yang menjadi kegemaran para putri keraton Jawa sejak jaman dulu ini kini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Pohon Kepel yang dipercaya mempunyai nilai filosofi adhiluhung ini merupakan flora identitas provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta.
Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol) di beberapa daerah di Indonesia dikenal juga sebagai buah dan pohon kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalak. Dalam bahasa Inggris tumbuhan langka ini dikela sebagai Kepel Aple. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Stelechocarpus burahol.
Pohon Kepel
menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa selain lantaran memiliki
nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan
fisik, buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat dibidang
kecantikan. Buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau badan)
bagi para putri keraton. Sayang justru karena itu masyarakat jelata
tidak berani menanam pohon ini sehingga menjadi langka.
Ciri-ciri Kepel. Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)
mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm.
Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan-benjolan ini
merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang
muncul di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.
Daun Kepel tunggal, lonjong meruncing
dengan panjang antara 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna daun Kepel
hijau gelap. Bunga berkelamin tunggal, harum. Bunga jantan terdapat pada
batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16.
Sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah.
Habitat dan Persebaran. Pohon
Kepel atau Burahol tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari
Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di
Indonesia, terutama di Jawa, Pohon Kepel mulai jarang dan langka.
Pohon Kepel dapat tumbuh di habitat yang berupa hutan sekunder yang terdapat di dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl.
Konservasi Pohon Kepel. Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)
menjadi salah satu pohon yang langka. Kelangkaan tanaman ini lebih
disebabkan oleh adanya anggapan pohon ini sebagai pohon keraton yang
hanya pantas di tanam di istana. Rakyat jelata, khususnya masyarakat
Jawa akan merasa takut mendapatkan tuah (kuwalat) jika menanam pohon
ini.
Selain itu, sebagian masyarakat juga
merasa buah ini malas untuk membudidayakannya. Meskipun memiliki rasa
yang manis tetapi sebagian besar isi buah dipenuhi biji sehingga
mengurangi minat orang untuk membudidayakannya.
Kini, pohon langka ini masih dapat ditemui di kawasan keraton Yogyakarta, TMII, Taman Kiai Langgeng Magelang, dan Kebun Raya Bogor.
Filosofi dan Manfaat Kepel. Buah Kepel (Stelechocarpus burahol)
yang buahnya seukuran kepalan tangan orang dewasa mempunyai filosofi
sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik karena seperti
tangan yang terkepal.
Buah Kepel sejak zaman dahulu telah
dipergunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan
pewangi badan. Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana
kontrasepsi sebagai sterilitas wanita (KB).
Daging buah kepel dipercaya mempunyai khasiat memperlancar air kencing, mencegah inflamasi ginjal. Kayu pohon Kepel (Stelechocarpus burahol)
dapat digunakan sebagai bahan industri atau bahan perabot rumah tangga
dan bahan bangunan yang tahan lebih dari 50 tahun. Daun kepel bisa juga
dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat. Lalap daun kepel mampu
menurunkan kadar kolesterol.
Sebuah ironi, pohon Kepel yang sarat
filosofi dan manfaat lagi digemari oleh para putri keraton justru pohon
tersebut menjadi langka dan terancam punah lantaran rakyat jelata takut
kuwalat jika ikut menanamnya. Adakah ini menyiratkan kepada kita bahwa
kita tidak boleh terlalu menggantungkan asa pada para penguasa. Kitalah,
segenap rakyat yang bisa menentukan lestari tidaknya alam ini termasuk
pohon Kepel, pohon Burahol.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Filum: Magnoliophyta. Kelas: Magnoliopsida. Ordo: Fabales. Famili: Annonaceae. Genus: Stelechocarpus. Spesies: Stelechocarpus burahol.
sumber\: berbagai sumber. http://alamendah.wordpress.com/2010/02/16/buah-kepel-stelechocarpus-burahol-kegemaran-putri-keraton/
Pustaka : Buku Pegangan Kuliah (BPK) Anatomi Tumbuhan dan Botani Umum terbitan Fakultas Pertanian UNS, tahun 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar