Minggu, 20 November 2011

Daun Cincau, Berantas Panas Dalam


ANTI KANKER – Suka makan cincau, insya Allah bisa terhindar dari kanker dan panas dalam. Hendri Nova

Bagi masyarakat Minangkabau, cincau hasil produksi dari tumbuhan cincau, tidak asing lagi. Ia telah menjadi alternatif untuk mendinginkan perut, jika bosan mengkonsumsi remasan daun kembang sepatu, atau daun waru.

Hasil dari remasan tiga daun ini sama-sama hijau, dan itu berarti lambang persahabatan bagi tubuh manusia. Memang jika diminum encer begitu, rasa dingin langsung menjalari bagian perut paling utama.

Jika direbus sedikit, kemudian didiamkan, maka ia akan mengental mirip agar-agar yang kenyal. Variasi makanan atau minuman yang bisa dibuat, akhirnya jadi lebih banyak. Bahkan cincau telah masuk daftar minuman sebagai isi di sebuah waralaba dunia.

Tidak semua orang mengenal rupa tumbuhan cincau. Soalnya, tumbuhan yang hidup menjalar ini, hanya ada di beberapa rumah tertentu. Walau proses penanamannya yang hanya lewat stek, tetap tidak banyak yang berminat untuk menanam.

Sebagian masyarakat Minang, telah menjadikan tumbuhan ini sebagai mata pencarian. Mereka mengkombinasikan air remasan cincau dengan cincau yang sudah beku. Untuk meminumnya, bisa dicampur dengan jeruk nipis, santan atau menurut selera.

Di Jawa cincau disebut janggela, sedangkan di Cina disebut Xian Cao. Makanan dari cincau mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat fisiologis berkhasiat bagi kesehatan. Makanan ini termasuk jenis makanan yang bisa dikategorikan sebagai makanan fungsional (multifungsi).

Selama ini masyarakat mengenal empat jenis tanaman cincau, yaitu cincau hijau, cincau hitam, cincau minyak dan cincau perdu. Secara fisik keempat tanaman itu amat berbeda satu dengan yang lain, namun dari keempat jenis cincau tersebut masyarakat lebih menyukai jenis cincau hijau karena daun cincau hijau bersifat tipis dan lemas sehingga lebih mudah diremas untuk kemudian diambil gelatin atau agar-agarnya, selain itu aroma cincau ini pun tidak langu.

Cincau (Cyclea barbata) telah lama dibudidayakan masyarakat Indonesia. Konon kabarnya, ia berasal dari Asia Tenggara, termasuk dalam suku sirawan-sirawanan (manispermaceae). Batang tanaman yang disebut orang Sunda tarawulu, trewulu, camcauh ini berdiameter sekitar 1 cm dan merambat ke arah kanan pada pohon inang dengan panjang 5 sampai 16 meter.

Bentuk daunnya perisai dan berwarna hijau. Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai tanaman liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah. Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tanah yang gembur dengan kadar keasaman 5,5 sampai 6,5 dan lingkungan teduh, lembab dan berair tanah dangkal adalah tempat tumbuh yang subur bagi tanaman ini.

Pengembangbiakan cincau juga bisa dengan cara generatif yaitu dengan biji,perundukan, dan tunas akar. Jika dengan biji, harus bersabar sekitar 3 bulan untuk memperoleh bibit. Kelemahan cara vegetatif (stek) merusak batang, cabang, ranting atau akar tanaman.

Kerusakan bagian-bagian itu bisa mempengaruhi produksi daun cincau. Daun cincau yang dapat dipanen adalah daun yang tidak tua tapi tidak terlalu muda.

Proses pembuatan cincau tebilang cukup sederhana. Cincau bisa di buat dari daun cincau kering atau daun cincau segar. Daun cincau direbus dengan air dan ditambahkan lautan CaCl2 sebagai bahan penguat gel yang akan meningkatkan daya koagulasi dari ekstrak daun cincau.

Tahap selanjutnya, hasil rebusan disaring dipisahkan dari ampasnya. Kemudian diebus kembali dengan menambahkan air dan tepung sagu. Selanjutnya dibiarkan beberapa jam ditempat yang teduh. Setelah itu gelatin cincau siap untuk dikonsumsi.

Untuk pengobatan instan seperti mengobati panas perut, dan tekanan darah tinggi, sediakan 20 helai daun cincau hijau lalu dicuci bersih. Remas-remas lalu beri 1 gelas air minum dingin, lalu saring dengan kain. Tambahkan jeruk nipis sesuai selera. Biarkan di tempat dingin sampai menjadi agar-agar. Taruh
di dalam gelas dan beri madu, atau sirup atau gula aren cair yang sudah dimasak dengan pandan lalu diminum.

Penyakit disentri, bisa juga diobati dengan ramuan di atas, dengan masa minum seminggu berturut-turut. Untuk sariawan, diobati selama 5 – 7 hari berturut-turut. Untuk bisul, sediakan daun cincau hijau secukupnya. Cuci bersihkemudian dilumatkan dan ditempelkan ke bagian yang bernanah. Ini berkhasiat untuk mengeluarkan nanahnya.

Demam juga bisa diobati. Ambil rimpang tanaman cincau, cuci bersih kemudian
diiris halus. Rebus dengan air secukupnya. Minum ramuan tersebut setelah matang. Bisa juga rimpang tersebut diseduh dengan air panas secukupnya kemudian diminum.

Hasil penelitian ahli mendapati, daun cincau telah diteliti mengandung kabohidrat, polivenol, saponin, flavoinaida dan dan lemak. Kalsium fosfor, vitamin A dan Vitamin B, juga ditemukan dalam cincau hijau.
Kandungan-kandungan ini memungkinkan cincau hijau dimanfaatkan sebagai ramuan obat-obatan, disamping sebagai minuman penyegar. Penyakit Radang lambung, demam dan tekanan darah tinggi bisa dicoba disembuhkan dengan gel cincau hijau.

Penelitian khasiat cincau untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi pernah dilakukan di tahun 1966 oleh Prof. Dr. Sardjito, Dr. Rajiman dan Dr. Bambang Suwitho dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada penelitian itu pasien penyakit tekanan daah tinggi diberi daun cincau segar sebanyak 5 gram yang digerus dengan 150 cc air matang kemudian diperas. Air perasan itu diberikan kepada pasien untuk diminum dua kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah pasien mengalami penurunan secara signifikan.

Daun cincau hijau dikenal mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida. Zat ini bermanfaat untuk mengendurkan otot. Senyawa lain seperti isokandrodendrin,dipercaya mampu mencegah sel tumor ganas. Cincau juga mengandung alkaloid bisbenzilsokuinolin dan S,S-tetandrin yang berkhasiat mencegah kanker pada ginjal, antiradang, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB membenarkan, bahwa cincau mengandung antioksidan dan mampu mematikan sel kanker. Hasil penelitian membeberkan, pemberian ekstrak daun cincau, khususnya cincau hijau pada tikus percobaan terbukti dapat membunuh sel tumor secara mengagumkan.

Potensi cincau juga diuji dengan cara dipaparkan pada empat jenis sel kanker, yaitu sel kanker darah (leukemia), kanker mulut rahim, paru, dan payudara. Ekstrak daun cincau ternyata mampu secara mengagumkan membunuh sel kanker darah (leukemia) sebesar 55-90 persen.

Sementara kemampuan cincau membunuh sel kanker lain sekira 60 persen. Hal ini menunjukkan cincau hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel kanker. Selain itu, ternyata cincau hijau juga mampu menyingkirkan senyawa-senyawa berbahaya pemicu kanker.

Cincau hijau juga dipastikan mengandung klorofil, zat yang memberi warna hijau pada daun. Banyak literatur menyebutkan klorofil sebagai zat antioksidan, antiperadangan, dan antikanker.

Mungkin orang Minang tidak akan terkena banyak penyakit, jika meneruskan mengkonsumsi tetumbuhan yang dulu banyak dimakan nenek moyang. Sayang kehidupan cepat saji, membuat malas sebagian orang Minang, untuk meramu obat sendiri. Pekarangan dibiarkan kosong, tanpa ada tumbuhan obat lagi. Untuk itu, mari bertanam cincau di halaman.

disadur dari : http://hendrinova.wordpress.com/2010/05/16/daun-cincau-berantas-panas-dalam/

1 komentar:

  1. Bagi yang membutuhkan daun dan bibit pohon cincau silahkan hubungi kami di 082136712513 atau chasiapro@gmail.com Trims Prabowo Jogja

    BalasHapus