Minggu, 06 Maret 2011

“…KAWISTA / KINCO…” Buah LANGKA Berkomoditas EKSPOR.

Jika melewati jalur Pantura pada pertengahan bulan Juli hingga September, tengoklah sekitar anda, mungkin anda berkesempatan melihat buah yang mulai jarang ditemui ini. Buah yang khas dengan aroma yang menusuk hidung, berukuran sebesar apel, kulit buahnya berkerut-kerut dengan warna coklat keputihan nyaris seperti buah melon. Namun setelah dibelah ternyata bukanlah daging segar berwarna hijau lembut khas melon yang kita dapatkan melainkan daging berwarna coklat kehitaman dengan banyak biji yang kecil-kecil seperti jambu klutuk berserabut serat dagingnya dengan rasa asam yang segar. KAWISTA atau KAWIS, dikenali juga dengan nama KINCO oleh para generasi tua, Buah ini mungkin tidak populer bagi kita, wajar karena buah ini tergolong langka. Tanaman bernama ilmiah Lemonia acidissima berasal dari India Selatan dan merupakan golongan jeruk-jerukan (Rutaceae) sekerabat dengan buah Maja yang konon menjadi asal-usul nama Majapahit, Kerajaan Besar di Nusantara pada abad 13-15. Dalam bahasa Inggris kawista dikenal dengan nama Elephant Wood Apple.

"..Buah Kawis yang sudah dibelah.."

Jika sudah masak di pohon buah ini akan menebarkan aroma yang sangat harum, kemudian jatuh dengan sendirinya dari tangkai buah tempatnya mendapatkan suplai makanan. Jatuh dari ketinggian tidak akan merusak buahnya karena kulit buah kawis sangat keras seperti layaknya batok kelapa. Dahulu kita masih dapat menemui buah ini dijual oleh pedagang-pedagang buah di pasar tradisional.

Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.

COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi. Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini.

Selain sirup belakangan muncul olah-olahan baru seperti Madu Mongso hasil pemanfaatan lembah serat kawista pengolahan sirup yang dipadukan dengan tape ketan, santan, dan gula merah. Dodol khas Jawa ini rasanya asam manis dengan aroma buah segar. Sedangkan Selai Kawista dibuat dengan merebus serat kawista dengan gula merah dan air tape hingga mengental.
Penanaman Kawista kurang berkembang di Tanah Air karena dianggap tumbuh sangat lambat dan baru berbuah setelah umur 15 tahun jika ditanam dari biji atau setek akar. Karenanya meskipun telah dikembangkan di beberapa daerah seperti Rembang, Karawang, dan Tuban, tanaman penghasil buah ini tetap jarang dijumpai.

"..Kawis, Cantik dan Adaptif.."

Pohon Kawista cukup tinggi dengan daun yang rindang, terdapat duri-duri pada cabang muda pohon kawista, sangat adaptif dan tahan terhadap kondisi buruk, dapat ditanam di daerah kering dengan kadar garam tinggi sekalipun, serta tahan hama penyakit. Karenanya cocok ditanam di daerah pesisir pantai sampai pada ketinggian 400 mdpl. Buah kawista yang matang memperlihatkan manfaat obat, untuk menurunkan panas, pengelat dan bersifat tonikum, dan digunakan sebagai obat sakit perut. Di Indo-Cina, duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobati mual-mual.Tanah air Indonesia memang penuh dengan keanekaragaman hayati yang belum diketahui potensinya, padahal bila digali lagi manfaat Flora yang ada di Indonesia ini, tentunya masih banyak yang terlewatkan oleh Manusia Indonesia yang hidup diatasnya. Untuk dapat merasakan manfaat buah Kawista ini dengan cepat dapat dilakukan penanaman Kawista asal okulasi. kawista asal okulasi mulai belajar berbuah umur 2 tahun. Pohonnya kelak tinggi dan rindang, dapat dimanfaatkan sebagai peneduh sekaligus kita dapat merasakan nikmatnya Kawista, Cola van Java nan langka.

D.P.Ganatri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar