Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan rempah-rempah. Ini pula yang membuat wilayah negara kita dijajah Belanda lebih dari 3,5 abad. Salah satu jenis rempah adalah jinten. Sekilas jinten berbentuk seperti biji wijen. Di Indonesia, jinten memang kalah populer daripada jenis rempah-rempah lainnya, meskipun biasa digunakan sebagai bumbu di beberapa negara seperti Italia, Perancis, dan Jerman. Selain sebagai bumbu masakan, biji jinten juga digunakan sebagai komponen obat tradisional di India, yaitu untuk mengatasi masalah gangguan pencernaan, pengobatan pasca persalinan, dan meningkatkan laktasi (air susu ibu). Masyarakat Timur Tengah dan Afrika juga menggunakan biji jinten untuk meningkatkan kesehatan dan melawan berbagai penyakit. Jenis jinten Masyarakat dunia mengenal beberapa jenis jinten, yaitu jinten (Carum carvi L.), jinten manis (Pimpinella anisum L.), jinten putih (Cuminum cyminum L.), jinten hitam manis (Nigella damacena L.), dan jinten hitam pahit (Nigella sativa L.). Menurut Farel (1990), jinten (Carum carvi L.) berasal dari Belanda. Dalam bahasa Inggris, jinten disebut dengan caraway seed. Panjang biji jinten rata-rata 6 mm. Jinten manis (Pimpinella anisum L.) diduga berasal dari Timur Tengah, tetapi dikenal hampir di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, jinten manis juga dikenal dengan nama adas manis atau dalam bahasa Inggris disebut anise seed. Jinten manis mempunyai panjang biji berkisar antara 3 hingga 5 mm dengan lebar 1 sampai 2 mm, berwarna cokelat hijau keabuan. Jinten putih (Cuminum cyminum L.) dalam bahasa Inggris dikenal dengan cumin seed. Berasal dari Mesir dan biasa dimanfaatkan di Amerika Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Panjang biji berkisar 6 mm, berwarna cokelat kekuningan. Jinten hitam (Nigella sp) diduga berasal dari Eropa Selatan. Dalam bahasa Inggris, jinten hitam terkenal dengan nama love in the mist. Terdiri dari dua jenis, yaitu jinten hitam manis dan jinten hitam pahit. Jinten hitam merupakan jenis jinten yang paling populer dibandingkan dengan jinten jenis lain. Memenuhi AKG Jinten mempunyai kandungan gizi yang sangat baik, terutama karbohidrat, protein, dan seratnya. Jinten putih mengandung vitamin A yang sangat baik, yaitu 1.270 SI per 100 gram bahan, sedangkan jinten hitam sangat kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Konsumsi 100 gram biji jinten telah memenuhi 55 persen dari angka kecukupan gizi (AKG) vitamin B1 yang dianjurkan dalam sehari, yakni 35 persen AKG vitamin B6 dan 33 persen AKG niasin. Jinten merupakan sumber kalium yang potensial, sehingga sangat baik dikonsumsi penderita hipertensi. Namun, penggunaan biji jinten pada umumnya hanya sebagai bumbu masakan, sehingga jumlahnya tidak banyak. Jinten biasanya digunakan sebagai pelengkap bumbu kari atau kuah bersantan. Tabel. Komposisi kimia berbagai jenis jinten per 100 gram.
Sumber Pustaka: * Farrel (1990), ** Nergiz dan Otles (1993). Tingkatkan Kekebalan Tubuh Selain sebagai bumbu masakan, jinten berkhasiat membantu penyembuhan berbagai penyakit. Yang biasa digunakan untuk pengobatan adalah biji jinten hitam. Menurut Hutapea (1994), biji jinten hitam, terutama jinten hitam pahit, berkhasiat sebagai obat cacing. Hargono (1985) menyatakan, biji jinten hitam bisa mempelancar ASI, sebagai peluruh kentut, pencegah muntah, pencahar, dan pengobatan pasca persalinan. Jinten hitam bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Menurut El Kadi dan Kandil (1986), jinten hitam meningkatkan rasio antara sel-T penolong dengan sel-T penekan sebesar 72 persen. Berarti bisa, meningkatkan aktivitas fungsional sel pembunuh alami. Hasil penelitian Dr. Basil Ali (1993) dari The College of Medicine, King Faisal University, Arab Saudi, jinten hitam bisa digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit kanker, AIDS, dan penyakit lain yang berhubungan dengan penurunan tingkat kekebalan tubuh. Dr. Haq (1997) dari The Department of Biological and Medical Research Center, Arab Saudi, menyatakan jinten hitam meningkatkan rasio antara sel-T penolong dan sel-T penekan sebesar 55 persen, dengan rata-rata pencapaian aktivitas sel pembunuh alami 30 persen. Jinten hitam juga baik untuk mengobati alergi karena mempunyai aktivitas antihistamin, yaitu asam amino yang diproduksi jaringan tubuh yang dapat menyebabkan reaksi alergi, dan berhubungan dengan suatu kondisi seperti asma cabang tenggorokan. Mahfouz dan Bahr El Din (1963) mengemukakan bahwa nigellone yang diisolasi dari minyak atsiri jinten hifam dapat menekan gejala asma cabang tenggorokan. Chakravarty (1993) mengemukakan, kristal nigellone merupakan agen penghambat histamin dengan cara menghambat protein kinase C, yang dikenal sebagai zat pemacu pelepasan histamin. Kristal nigellone juga menurunkan pengambilan kalsium dari penyangga sel sehingga dapat menghambat pelepasan histamin. Jinten hitam diyakini berfungsi antitumor. Pusat penelitian Amala di Amala Nagar, India (1991), mengemukakan bahwa asam lemak berantai panjang yang berasal dari jinten hitam mencegah pembentukan EAC (Ehrlich Ascites Carcinoma) dan sel DLA (Dalton's Lymphoma Ascites) yang merupakan jenis sel kanker yang umum ditemukan. Jinten hitam juga berfungsi sebagai antimikroba. The Pakistan Journal of Pharmacy tahun 1989 mengemukakan tentang kegunaan antijamur dari minyak atsiri jinten hitam. Department of Pharmacy, Universitas Dhaka, Bangladesh, pada tahun 1992 mengemukakan, minyak atsiri jinten hitam efektif melawan bakteri Vibrio cholera, Escherichia coli, dan Shigella sp. Masyarakat Pakistan dan Bangladesh secara tradisional menggunakan jinten hitam untuk mengatasi muntah, diare, dan sakit perut karena adanya gas dalam perut. Juga untuk membantu mengatasi keadaan yang tidak enak akibat obat pencahar. Cegah Radang Sendi, Perbanyak ASI Jinten hitam bersifat antiperadangan. Menurut El Dakhakny (1965), jinten hitam mengurangi efek radang sendi. The Pharmacology Research Laboratories, Department of Pharmacy, King College, London, mengemukakan, bahwa turunan dari fixed oil jinten hitam, yaitu tymoquinie merupakan agen antiperadangan. Cara kerjanya dengan menghambat pembentukan eicosanoid. The Microbiology Unit of The Research, College of Pharmacy, King Saudi University, menyatakan aktivitas antiperadangan oleh jinten hitam mirip produk komersial dan tidak menimbulkan alergi. Menurut Agarwahl (f979), minyaknya bisa meningkatkan volume air susu ibu. The University of Potchefstroom pada 1989 mengungkapkan kombinasi dari bagian lipid dan struktur hormon dalam jinten hitam dapat meningkatkan aliran ASI, menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, meningkatkan produksi interferon, melindungi sel normal dan mencegah perusakan sel oleh virus, menghancurkan sel tumor, meningkatkan jumlah antibodi yang memproduksi sel-B. Jinten hitam baik dikonsumsi orang sehat karena mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Mengandung sterol, khususnya betasterol, yang dikenal punya aktivitas antikarsinogenik, juga mencegah rematik. Menurut Houghton (1995}, tymoquinone, yang terkandung dalam biji jinten hitam dapat menghambat jalur siklo-oksigenase dan lipo-oksigenase yang berfungsi sebagai mediator dari alergi dan peradangan. Asam lemak tidak jenuh tidak lazim (C20:2) yang mirip asam arakhidat juga berperan dalam menghambat substrat, sehingga membantu pencegahan rematik, EI-Tahir (1993) menemukan pemberian thymoquinone secara intravena dapat menurunkan tekanan darah. Komponen alkaloid yang menyebabkan rasa pahit dalam jinten hitam, yaitu nigelline, mampu menurunkan demam, menguatkan jaringan, mencegah iritasi kulit, meningkatkan selera makan dan metabolisme, meredakan masalah pencernaan, serta menguranqgi kelebihan asam. Selain jinten hitam, jinten dari jenis lain juga mempunyai khasiat. Menurut The George Mateljan foundation, jinten putih mempunyai efek antikarsinogen, sehingga efektif mencegah penyakit tumor, terutama yang menyerang saluran pencemaan dan tumor hati. Kandungan vitamin A membantu menginaktivasi radikal bebas di dalam tubuh. Jinten putih digunakan secara tradisional, terutama di negara-negara Barat, untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan saluran pencemaan. Sebagai Minuman & Makanan Tambahan Tingginya nilai gizinya, biji jinten dapat direkomendasikan sebagai makanan tambahan. Di Eropa, biji jinten, terutama jinten manis, sering ditambahkan ke dalam aneka kue, cake, ataupun roti untuk memperkuat aroma. Juga ke dalam teh atau susu untuk menambah kenikmatannya. Untuk keperluan industri makanan dari obat, bijinya biasa diolah menjadi oleoresin. Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstrak biji jinten yang telah dilumatkan dengan pelarut organik. Hasil ekstraksi berupa bahan semi padat yang memiliki aroma dan rasa khas. Warm minyak oleoresin kuning kehijauan. Minyak ini rasa dan aromanya jauh lebih tajam daripada biji jinten segar. Untuk membantu penyembuhan penyakit, jinten sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah besar. Jinten tidak mengandung komponen yang bersifat alergi dan membahayakan kesehatan. Seperti rempah lain, jinten dapat dikonsumsi sebagai teh. Menurut Schultz (1998} dan Wichtl (1994), teh jinten bisa dikonsumsi 2-3 kali sehari. Di pasaran kini banyak dijual jinten dalam bentuk bubuk. Meski lebih praktis, rasa dan aromanya kurang tajam dibandingkan dengan jinten utuh. Untuk mendapatkan rasa tajam, jinten sebaiknya digoreng sebelum digunakan untuk membuat bumbu masakan .http://www.bioactiva.co.id/index.php?option=com_latestnews&newsid=36&offset=30 |
Minggu, 30 Oktober 2011
Gizi Jinten Tangkal Kanker dan AIDS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar